Membedah Sifat 20: Analisis Konsep Zat, Sifat, dan Firman Allah


Dalam tradisi keilmuan Islam, khususnya dalam teologi Asy'ariyah dan Maturidiyah, memahami hakikat Allah SWT adalah pondasi utama keimanan. Salah satu cara untuk mencapai pemahaman ini adalah dengan mengkaji konsep Sifat 20, yang merupakan rangkuman dari sifat-sifat wajib bagi Allah. Analisis ini bertujuan untuk mengurai konsep dasar seperti zat dan sifat dalam konteks penciptaan alam semesta, kemudian merujuk pada keesaan dan kesempurnaan Allah sebagai Pencipta.

Alam semesta dan segala isinya adalah entitas yang baru ada (muhdath). Konsep ini berakar pada pemahaman bahwa setiap objek di alam ini, baik yang terlihat maupun tidak, terdiri dari zat (a'yan) dan sifat (a'radh). Zat diartikan sebagai substansi yang berdiri sendiri, baik yang tersusun maupun yang tidak tersusun, seperti partikel terkecil yang disebut jauhar. Sifat, di sisi lain, adalah atribut yang tidak berdiri sendiri, melainkan melekat pada suatu zat, seperti warna, gerak, rasa, atau aroma.

Sebagai Pencipta, Allah SWT memiliki sifat-sifat yang tak tertandingi oleh makhluk ciptaan-Nya. Dia adalah Maha Esa (Al-Ahad), Maha Terdahulu (Al-Qadim), Maha Hidup (Al-Hayy), Maha Kuasa (Al-Qadir), dan Maha Mengetahui (Al-'Alim). Sifat-sifat ini menegaskan bahwa Allah adalah eksistensi yang berbeda total dari ciptaan-Nya. Dia tidak memiliki wujud fisik, bukan jasad, bukan zat, dan tidak terbatas oleh ruang atau waktu.

Pemahaman tentang Allah juga menuntut penolakan terhadap segala bentuk penyerupaan. Allah tidak bisa disifati dengan hakikat (mahiyyah) atau keadaan (kayfiyyah), karena kedua konsep ini hanya berlaku untuk makhluk. Dia tidak menempati suatu tempat, tidak terikat oleh waktu, dan tidak ada sesuatu pun di alam semesta yang menyerupai-Nya. Tidak ada satu pun hal yang luput dari ilmu dan kekuasaan-Nya.

Sifat-sifat Allah yang azali (azaliyyah) adalah inti dari konsep ini. Sifat-sifat ini telah ada pada Zat-Nya sejak awal tanpa permulaan. Penting untuk dipahami bahwa sifat-sifat ini bukanlah entitas yang terpisah dari Allah, melainkan bagian tak terpisahkan dari Zat-Nya. Sifat-sifat ini mencakup Ilmu, Kuasa, Hidup, Kekuatan, Mendengar, Melihat, Kehendak, dan Keinginan.

Selain itu, sifat-sifat ini juga mencakup Perbuatan, Penciptaan, dan Pemberian Rezeki. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah entitas yang selalu aktif dan berinteraksi dengan ciptaan-Nya, tetapi tanpa terikat oleh keterbatasan makhluk. Seluruh tindakan ini dilakukan dengan kehendak dan kekuasaan-Nya yang tak terbatas.

Salah satu sifat yang sering menjadi pembahasan mendalam adalah Kalam atau firman. Kalam adalah sifat azali Allah yang tidak menyerupai ucapan manusia, yang terdiri dari huruf dan suara. Ini adalah sifat yang menunjukkan bahwa Allah tidak diam dan bebas dari segala aib. Sifat Kalam ini memungkinkan Allah untuk berfirman, memerintah, melarang, dan mengabarkan kepada makhluk-Nya melalui kitab-kitab suci.

Al-Qur'an, sebagai firman Allah (kalam Allah), adalah manifestasi dari sifat Kalam ini. Al-Qur'an bukanlah sesuatu yang diciptakan, melainkan firman azali Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Meskipun kita bisa melihatnya tertulis di mushaf, membacanya dengan lisan, dan menyimpannya di hati, hakikat Al-Qur'an sebagai firman Allah tidaklah menempati ruang atau waktu. Ini menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah sesuatu yang suci dan kekal.

Dengan demikian, melalui pemahaman konsep Zat, Sifat, dan Firman, kita dapat membangun fondasi keimanan yang kokoh. Analisis Sifat 20 ini membantu kita mengenal Allah bukan hanya sebagai Pencipta, tetapi juga sebagai entitas yang sempurna, berbeda dari segala ciptaan-Nya, dan memiliki sifat-sifat azali yang tak terhingga. Hal ini memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya entitas yang layak disembah.

Tags :